Newest Post
// Posted by :Pika
// On :Selasa, 05 Januari 2016
Ektraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Sedang hasil dari ekstraksi
adalah ekstrak. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi persyaratan baku
yang telah ditetapkan.
Tahapan pada ekstraksi adalah :
1. Penyerbukan.
2. Penambahan pelarut.
3. Separasi dan pemurnian.
4. Evaporasi.
1. Penyerbukan
Tahapan
awal pada proses ekstraksi adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu
sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak
dengan dasar beberapa hal :
·
Makin
halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien namun makin
halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan
filtrasi.
·
Selama
penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda
keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada senyawa
kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen air.
2. Penambahan
pelarut
Tahap
selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi
kandungan zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut atau cairan
penyari yang baik harus mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah dan
mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya menarik zat berkhasiat
yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh
peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai
cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada
perusahaan obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air,
etanol atau etanol-air.
3. Separasi
dan pemurnian
Tujuan
dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak
dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada
tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.
4. Evaporasi
Selanjutnya
dilakukan pemekatan dengan cara penguapan atau evaporasi cairan pelarut tapi
tidak sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak kental atau
pekat.
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
·
Jumlah
simplisia yang akan diekstrak.
·
Derajat kehalusan
simplisia. Semakin halus, luas
kontak permukaan akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan lebih
optimal.
·
Lama
waktu ekstraksi. Lama ekstraksi akan
menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada waktu saat pelarut atau
ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin
bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.
·
Metode
ektraksi, termasuk suhu yang digunakan. Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara
ringkas dapat dibagi berdasarkan penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi
dengan cara panas, serta tanpa panas.
·
Jenis
pelarut yang digunakan. Jenis
pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang
sama akan lebih mudah tertarik atau terlarut dengan pelarut yang memiliki
tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat
tiga golongan pelarut yaitu :
-
Pelarut
polar. Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena
biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah air, metanol,
etanol, asam asetat.
-
Pelarut
semipolar. Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah aseton, etil
asetat, kloroform.
-
Pelarut
nonpolar. Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstraksi berbagai jenis minyak. Contoh
heksana, eter.
Beberapa
syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi :
ü
Tidak
toksik dan ramah lingkungan.
ü
Mampu
mengektrak semua senyawa dalam simplisia.
ü
Mudah
untuk dihilangkan dari ekstrak.
ü
Tidak
bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak.
ü
Murah atau
ekonomis.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara
dingin dan cara panas. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut :
1. Ektraksi
secara dingin
a. Maserasi
Merupakan
cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari selama beberapa hari (±4-10 hari) pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya.
Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari.
Keuntungan
dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain
waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari
yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras.
b. Soxhletasi
Merupakan
penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan
metode soxhletasi adalah :
·
Dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
·
Digunakan
pelarut yang lebih sedikit.
·
Pemanasan
dapat diatur.
Kerugian dari metode ini :
·
Karena
pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
·
Jumlah
total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
·
Bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif.
·
Metode
ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau tidak dapat digunakan
untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1,
atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai
komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
c.
Perkolasi
Cara
penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak terjadi kejenuhan.
Kerugian
dari metode ini adalah :
·
Kontak
anatara sampel padat tidak merata atau terbatas.
·
Pelarut
menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien.
·
Cairan
penyari yang dibutuhkan lebih banyak.
·
Resiko
cemaran mikroba untuk penyari air, karena dilakukan secara terbuka.
2. Ekstraksi
secara panas
a. Metode
refluks
Ekstraksi
dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama, sehingga termasuk
proses ekstraksi sempurna. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengekstraksi
bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Keuntungan
dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah
membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.
b. Metode
destilasi uap
Destilasi
uap adalah metode yang polular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial)
dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan darah normal
Pelarut
yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang
tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa pelarut polar larut dalam pelarut dan
sebaliknya.
Jenis-jenis ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari
segi pelarut yang digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
·
Ekstrak
air
Menggunakan pelarut
air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan pelarut yang mayoritas
digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung
digunakan atau diproses kembali seperti melalui pemekatan atau proses
pengeringan.
·
Tinktur
Sediaan cair yang
dibuat dengan cara maserasi ataupun perkolasi simplisia. Pelarut yang umum
digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia
diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian menstrum atau ekstraktan.
·
Ekstrak
cair
Bentuk dari ekstrak
cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan hingga diperoleh
ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
·
Ekstrak
encer
Dikenal sebagai
ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang masih perlu
diproses lebih lanjut.
·
Ekstrak
kental
Ekstrak ini merupakan
ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah
untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk ditimbuhi oleh kapang. Pada proses
industri ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap
perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering.
·
Ektrak
kering (extract sicca)
Ekstrak kering
merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian dilanjutkan ke tahap
pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
yaitu :
ü
Menggunakan
bahan tambahan seperti laktosa, aerosil.
ü
Manggunakan
proses kering beku, proses ini mahal.
ü
Menggunakan
proses semprot kering atau fluid bed drying.
·
Ekstrak
minyak
Dilakukan dengan cara
mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah
dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.