Newest Post

// Posted by :Pika // On :Sabtu, 03 Juni 2017



Suspensi adalah sediaan yang mengadung partikel obat yang terbagi secara halus dan disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Zat yang terdispersi harus sangat halus tidak boleh cepat mengendap dan bila digojok secara perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambah zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi, tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan dituang. Karena kegunaannya harus digojok dulu, maka disebut mixture gojok atau mixturae agitandae.

Rute pemakaian sediaan suspensi :
1.     Intramuscular injection
Contoh : Penicillin G. Suspensi.
2.    Tetes mata
Isinya hidrokortison asetat.
3.    Peroral
Contoh : Chlorampenicol Susp., Antasida Susp., Ibu Profen Susp.

Tujuan dibuat bentuk sediaan suspensi :
a.    Memperlambat daya kerja obat.
Contoh : suspensi dalam minyak, misalnya injeksi penicillin dalam minyak.
b.    Memperbaiki stabilitas.
Larutan antibiotic tidak stabil dalam air, oleh karena itu dibuat suspensi antibiotic. Suspensinya dapat dibuat sirup kering, artinya pelarut ditambahkan pada waktu akan digunakan. Dalam etiket harus tertulis tidak boleh digunakan lebih dari 7 hari.
Contoh : terasiklin HCl tidak stabil dalam air karena itu dibuat suspensi terasiklin HCl.
c.    Dikehendaki sediaan cair tetapi zatnya tidak larut.
Contoh : antasida, sediaan oral berisi MgOH yang tidak larut.
d.    Memperbaiki rasa
Contoh : chlorampenicol larut dalam air, karena itu rasa pahitnya akan terasa, diatasi dengan pembuatan sediaan chlorampenicol palmitat sehingga rasa pahitnya berkurang.

Kerugian sediaan suspensi :
a.    Sulit dibuat.
Diatasi dengan membuat sirup kering, dalam etiket sirup kering harus ditulis “Tidak digunakan lebih dari 7 hari”.
b.    Prosesnya panjang sehingga menjadi lebih mahal.

Sifat-sifat yang diingkan dalam suspensi :
o   Suspensi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok. Ada hubungannya dengan laju sedimentasi.
o   Sediaan yang dihasilkan pada penyimpanan harus mudah disuspensikan kembali dengan penggojokan yang layak.
o   Suspensi yang dibuat harus ental dan mengurangi laju pengendapan partikel.
o   Partikel yang disuspensikan harus kecil dan seragam ukurannya agar memberikan sediaan yang halus dan produksi yang baik bebas dari bentuk seperti pasir.

Penerapan suspensi dalam farmasi :
ü  Obat yang tidak larut atau kelarutannya jelek dalam pelarut tertentu.
Ex. Obat tetes mata hidrokortison, obat tetes mata Neomycin.
ü  Terjadi peruraian obat jika ada air, diatasi dengan sintesa turunan yang tidak larut air yang dapat diformulasi sebagai suspense.
Ex. Oxytetrasiklin HCl larut dalam air mudah terurai, diatasi oxytetrasiklin garam Ca formulasi sediaan farmasi sebagai suspensi.
ü  Kontak antara bahan padat sangat lama dengan medium disperse, untuk mempercepat dibuat suspensi secara exratemporary atau untuk sementara waktu dengan cara membuat sirup kering.
Ex. Ampisillin dry sirup.
ü  Disuspensikan dalam medium air, khusus untuk obat-obat yang terurai dalam media air.
Ex. Injeksi penicillin G., Injeksi phenoxymetil penicillin.
ü  Diperlukan dalam bentuk terbagi halus didalam GIT dan diperlukan luas permukaan yang besar.

Formulasi suspensi :
Diameter partikel harus diatur dengan ukuran 1-50µm. Jika >50µm terjadi bentuk seperti pasir terjadi iritasi pada mata (sediaan mata), iritasi pada injeksi (sediaan injeksi). Jika terlalu kecil <1µm akan terjadi pertumbuhan Kristal selama penyimpanan terutama bila terjadi fluktuasi suhu.

Bahan tambahan formulasi :
1.     Dapar
Untuk menjaga derajat keasaman. Gunanya untuk stabilitas bahan kimia dan bahan aktif.
2.    Modivikasi bobot jenis
          -      Jika bobot jenisnya sama maka tidak terjadi pengendapan.
          -      Bahan yang digunakan sacharosa, gliserol, propilenglikol.
3.    Corrigensia (flavoris, odoris, farfumers)
          -      Jika bahan obat keseluruhan asin, ditambah apricot atau vanili.
          -      Jika bahan obat keseluruhan pahit, ditambah adas, coklat atau cerry.
          -      Jika bahan obat keseluruhan manis, ditambah vanili atau aroma buah.
4.    Sweetening agent
          -      Gula (sacharum album)
         Keuntungan gula :
1)    Mudah larut dalam air.
2)   Stabil pada pH 4-8.
3)   Sebagai pengawet.
4)   Tidak berwarna.
5)   Dapat menutupi rasa salt (asin) dan bit (pahit).
6)   Rasa menyejukan pada membrane tenggorokan.
7)   Untuk membuat sediaan antitusif (obat batuk). Sebagai pembawa atau veniculum.
         -      Pemanis untuk orang DM dipakai sorbitol, manitol, gliserin, jarang dipakai fruktosa, sirup glukosa yang dihidrogen.
             -      Artivisial sweetening agent :
  1)    Saccharin (garam Na, Ca)
  Kekurangan saccharin :
  ·         Rasa getir.
  ·         Sangat mudah larut dalam air.
  ·         Stabil dalam range pH luas.
  2)   Aspartam (asam aspartam dan fenilalanin)
5.    Humectants (pelembab)
Khusus untuk sediaan topical agar kulit tidak kering. Untuk mengurangi kecepatan pengeringan bahan obat pada kulit.
6.    Presenvatif (pengawet)
Syarat pengawet :
         -   Spectrum yang luas untuk melawan bakteri dan jamur.
         -  Sifat bacterisid (membunuh bakteri) dan bacteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).
         -  Bebas bahan toksik, tidak mengiritasi, tidak sentisisasi.
         -  Kelarutan dalam air besar karena umumnya mikroba cenderung berada dalam air.
         -  Dapat bercampur dengan semua bahan.
         -  Stabil pada range pH yang luas dan temperature.
         -  Bebas dari baud an aroma yang tidak diinginkan.

Cara membuat suspensi :
a.    Cara kering
Prinsip :
          1.     Medikamen tidak larut ditambah suspending agent, digerus add homogen.
          2.    Tambahkan air, digerus add homogen.
         3.    Tambahkan sirup atau zat kental lain (misal gliserin) untuk menambah stabilitas suspense.
b.    Cara basah (sering dipakai)
Prinsip :
          1.     Suspending agent dibuat musilago dahulu.
        2.    Bahan obat yang tidak larut digerus, ditambah pelarut (gliserin, propilenglikol) sampai basah.
          3.    Tambahkan musilago sedikit demi sedikit, lalu tambahkan zat lain.
c.    Cara pengendapan kembali (presipitasi)
Prinsip :
          1.     Bahan obat dilarutkan dalam pelarut semi polar misal alcohol.
         2.    Diendapkan dengan menambah pelarut yang tidak larut dengan bahan obat, misal air. Caranya larutan zat dalam alcohol dituang sedikit demi sedikit kedalam air.

Suspensi chlorampenicol palmitat
Komposisi : 100mg chlorampenicol per 3 ml
Kalo tidak ada keterangan, satuannya gram
R/ Chlorampenicol palmitat (zat aktif)                             57,5
Carboxymetil cellulose natrium (sweetening agent)      10
Poly sorbet 80/tween 80 (pengawet)                           5
Propilenglikol (modifikasi bobot jenis)                         200
Sirupus cacao (pewarna)                                              150
Sirupus simplex (sweetening agent)                             150
Tinctorae vanili (saporis)                                             10
Aqua (pelarut) add                                                      1000 ml
 NB : kalau tidak ada keterangan, satuannya gram
Cara pembuatan :
1.     Panaskan propilenglikol dan tween 80 diatas waterbath sampai 70⁰-80⁰C.
2.    Taburkan chloramphenicol palmitat.
3.    Tambahkan 350 ml air dingin dalam campuran dan taburkan CMC Na.
4.    Aduk kira-kira 1 menit dan campurkan dengan zat pembawa yang masih ada.

Suspensi Sulfa
Komposisi : 300 mg sulfa per 3 ml.
Bahan yang disediakan :
-      Sulfa                                             100
-      Acidum citricum                            40
-      Carboxymetil cellulosum natrium   10
-      Metyl oxybenzos                           1
-      Natri hydroxidum                          20
-      Sirupus simplex                             300 ml
-      Spiritus fortior                             10 ml
-      Aqua add                                       1000 ml
Cara pembuatan :
1.     20 g Natri hydroxidum dilarutkan dalam 100 ml air dingin.
2.    40 g Acidum citricum dalam 50 ml air.
3.    Melarutkan 300 ml air dengan 10 g Carboxymetil cellulosum natrium.
4.    Aduk selama 1 menit.
5.    Campurkan larutan Natri hydroxidum dan Sulfa.
6.    Campurkan no.5 dan no.3 aduk sampai homogen.
7.    Campurkan no.6 dan no.2 dengan pengadukan.
8.    Campurkan no.7 dengan Sirupus simplex dan Spiritus fortior.
9.    Tambahkan air sampai 1000 ml.

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pemakaian pada kulit, yang pada etiket disebut sebagai Lotio.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
1.     Ukuran partikel
Ukuran partikel berhubungan dengan luas permukaan dan daya tekan keatas dari cairan suspensi. Hubungan antara ukuran partikel merupakan berbanding terbalik dengan luas permukaan, sedangkan luas permukaan dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya, semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas permukaannya dalam volume yang sama. Semakin besar luas permukaan partikel daya tekan keatas cairan akan memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat pengendapan suspensi dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.    Kekentalan/Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi kecepatan aliran dari cairan tersebut. Makin kental cairan, kecepatan aliran makin turun/kecil. Kecepatan aliran dari cairan akan memperngaruhi gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan menambah viskositas cairan gerakan turun dari partikel akan diperlambat. Tetapi, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dilihat dari Hukum Stokes.
Rumus :




Keterangan :
V = kecepatan aliran.
d = diameter partikel.
      p = massa jenis partikel. 
    po = massa jenis cairan.
g = gravitasi.
n = viskositas cairan.
3.    Jumlah partikel/Konsentrasi
Makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu singkat.
4.    Sifat/Muatan listrik
           ·   Dalam suspensi terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak sama, sehingga bisa terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
            ·  Stabilitas fisik suspensi : kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agresi dan tetap terdistribusi merata.
           · Bila partikel mengendap akan mudah terdispersi kembali dengan pengocokan yang ringan.
           · Ukuran partikel dalam suspensi dapat diperkecil dengan alat mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
          · Viskositas fase eksternal dapat dinaikan dengan penambahan zat pengental yang larut dalam cairan tersebut. Bahan pengental ini disebut suspending agent/bahan pensuspensi, bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid). Suspending agent dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a.    Suspending agent dari alam
1)    Dari jenis gom/hidrokoloid
Gom bisa larut/mengembang/mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk musilago/lendir. Dengan terbentuknya musilago, maka viskositas cairan bertambah dan akan menambah viskositas suspensi. Viskositas musilago dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi, bakteri. Yang termasuk golongan gom :
a)    Acasia (pulvis gummi arabici)
Berasal dari tanaman Akasia Sp., larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam, viskositas optimum dari musilago antara pH 5-9. Musilago gom arab dengan kadar 35%, viskositasnya sama dengan gliserin.
b)   Chondrus
Dari tanaman Chondrus cripus atau Gigartina mamilosa. Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari Chondrus disebut caragen yang dipakai dalam industri makanan.
c)    Tragacanth
Ekstrak dari tanaman Astragalus gumnifera. Musilago tragacanth lebih kental dari musilago gom arab.
d)   Algin
Diperoleh dari ganggang laut. Dalam perdagangan bentuk garamnya yaitu Natrium alginat. Kadar sebagai suspending agent 1-2%.
2)   Golongan bukan gom
ü  Suspending agent bukan gom adalah tanah liat, yang termasuk golongan ini adalah bentonite, hectorite dan veegum.
ü  Sifat tanah liat tidak larut dalam air, untuk penambahan kedalam suspensi dengan cara menburkannya pada campuran suspensi.
ü  Kelebihan : tidak diperngaruhi oleh suhu dan fermentasi bakteri karena senyawa anorganik.
b.    Suspending agent sintetis
1)    Derivat selulosa
ü  Yang termasuk golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksil metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
ü  Di belakang nama tersebut diikuti angka/nomor yang menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannnya. Semakin besar angka berarti kemampuannya semakin tinggi. Ex. Methosol 1500.
ü  Golongan ini tidak diabsorbsi usus halus dan tidak beracun.
ü  Sering dipakai dalam produk makanan.
ü  Kegunaan dalam bidang farmasi :
©  Suspending agent.
©  Laksansia.
©  Disintegrator dalam pembuatan tablet.
2)   Golongan organik polimer
ü  Yang terkenal adalah Carbophol 934 (nama dagang). Sifat bahan : serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun, tidak mengiritasi kulit, sangat peka terhadap panas dan elektrolit.
ü  Sebagai suspending agent diperlukan kadar ±1%.

Sistem pembentukkan suspensi :
1.     Sistem flokulasi
Partikel terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
2.    Sistem deflokulasi
Partikel mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, terjadi agresi terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Bahan pengawet suspensi :
·         Sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena mudah dirusak bakteri.
·         Pengawet yang sering digunakan : Butil benzoat (1:1250), Etil P. Benzoat (1:500), Propil P. Benzoat (1:4000), Nipagin, Nipasol ±1%, pengawet dari garam merkuri (Fenil mercuri nitrat, Fenil mercuri clorida, Fenil mercuri asetat).

Macam-macam sediaan suspensi :
1.     Suspensi tetes telinga : sediaan cair mengandung partikel paertikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
2.    Suspensi optalmik : sediaan cair steril yang mengandung partikel-prtikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
3. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak mengiritasi/menimbulkan goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras/penggumpalan.
4.    Suspensi untuk injeksi : sediaan suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
5.    Suspensi untuk injeksi terkonstitusi : sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Penilaian stabilitas suspensi :
1.     Volume sedimentasi
2.    Derajat flokulasi
Rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Vōc)
3.    Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redipersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4.    Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze Thaw Cycling yaitu suhu diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. halo kak, trmksh untuk info dalam blog ini. hanya saja untuk kursornya tidak perlu ada tulisannya jadi agak mengganggu ketika membaca trmksh

    BalasHapus

// Copyright © Farmasi Industri //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //