Newest Post
// Posted by :Pika
// On :Selasa, 05 Januari 2016
Dalam banyak hal, sediaan obat tidak dapat dianalisis secara langsung dengan metode yang sesuai, tanpa didahului dengan tahap perlakuan/penyiapan sampel. Tahap ini pada umumnya dikelompokkan menjadi tahap pengambilan sampel (sampling) dan tahap pembersihan sampel (clean up). Tujuan akhir pengambilan sampel adalah untuk memperoleh sampel yang representatif
(mewakili) dari suatu
batch sediaan farmasi.
Cara pengambilan sampel (sampling) merupakan masalah yang sangat penting dalam pengujian, produk ruahan, produk antara ataupun produk jadi, sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil sampel. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel yang salah meskipun metode analisisnya tepat dan teliti hasilnya tidak akan memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (kadar) yang akan diselidiki. Meskipun demikian, masalah ini sering kali kurang mendapat perhatian dari seorang analis disebabkan para analis sudah terbiasa menerima sampel yang langsung dianalisis.
Di dalam
teknik sampling dikenal dengan populasi, populasi merupakan kumpulan atau keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi criteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian: bisa berupa orang, benda ataupun kejadian, yang
dijadikan obyek penelitian. Jika yang diteliti merupakan kepuasan konsumen
terhadap produk “X”, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut.
Jika yang diteliti adalah kemurnian terhadap bahan awal yang baru datang, maka
populasi yang diteliti adalah seluruh bahan awal yang baru datang. Maka penting
bagi kita untuk mengetahui populasi dari sampel yang akan kita teliti. Agar
tidak ada kesalahan yang nantinya berpengaruh terhadap hasil penelitian kita.
Secara umum,
sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik
populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa
mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel
yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan :
1. Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan merupakan suatu
sistem pengukuran adalah tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai
yang sebenarnya.
2. Presisi
Presisi dapat diartikan sebagai gambaran tingkat
kebebasan alat ukur dari kesalahan acak.
Hal-hal penting berkaitan dengan pemilihan sampel yang
baik :
Ø Sample haruslah representatif (harus dapat mewakili
populasi atau semua unsur sampel)
Ø Batasan sampel harus jelas
Ø Dapat dilacak dilapangan
Ø Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua
kali/lebih)
Ø Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat
dilakukan penelitian)
Macam-macam teknik pengambilan sampel
Aturan umum yang pasti mengenai cara pengambilan sampel dan berapa besarnya sampel yang harus di ambil tidak dapat dirumuskan secara umum sebab cara pengambilan sampel sangat tergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Cara
pengambilan sampel zat padat akan berbeda dengan cara pengambilan zat cair, dan akan berbeda pula dengan gas. Namun,
pada prinsipnya sampel yang di analisis harus bersifat representatif, artinya sampel yang akan di analisis benar-benar mewakili populasinya.
Berdasarkan prinsip ini dikenal dua macam cara pengambilan sampel dalam pengujian sampel, yaitu:
1. Pengambilan sampel random (cuplikan random,
cuplikan acak) / probabilitas.
Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap bahan yang serbasama (homogen)
atau dianggap serbasama. Misalnya batch tablet,
ampul dan sebagainya. Serbuk sampel yang di terima analis untuk di analisis harus di anggap bukan sampel yang homogen. Untuk dapat di sampel secara random, harus terlebih dahulu di gerus secara homogen. Begitu pula larutan / suspense harus di gojog sampai homogen, baru dilakukan pengambilan sampel secara random.
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
a.
Teknik sampling secara rambang sederhana atau random
sampling.
Cara paling populer yang
dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.
b. Teknik sampling secara
sistematis (systematic sampling).
Prosedur ini berupa
penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian
dari daftar populasi.
c.
Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional
random sampling).
Jika populasi terdiri
dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya
dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.
d. Teknik sampling secara
rambang bertingkat.
Bila subpopulasi-subpopulasi
sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling
secara proportional.
e. Teknik sampling secara
kluster (cluster sampling).
Ada kalanya peneliti
tidak tahu persis karakteristik populasi
yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah
yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah,
berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan
sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
2. Pengambilan sampel non probabilitas.
Sampel yang dikirim ke laboratorium analisis untuk dilakukan pengujian harus representative untuk menghindari resiko adanya hasil analisis yang keluar dari spesifikasi yang ditentukan. Cara
ini dilakukan jika bahan yang akan di analisis tidak homogen. Dalam hal ini, sampel harus di ambil dari bagian-bagian yang berbeda-beda dari setiap wadah (bagian atas, tengah, bawah, samping, dan sebagainya). Masing-masing sampel harus di campur homogen kemudian sampel di ambil secara random untuk di analisis.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara non probabilitas
adalah sebagai berikut.
a. Purposive sampling atau
judgmental sampling.
Penarikan sampel secara
purposive merupakan cara penarikan sample yang dilakukan dengan cara memilih
subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.
b. Snow-ball sampling
(penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola
ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan
berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin
besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c.
Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini
dilakukan dengan dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang
dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan
pula proses pengumpulan data.
d. Accidental sampling atau convenience sampling.
Dalam penelitian bisa
saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat
pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut
sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
Metode pemilihan atau
pengambilan sampel (sampling) yang baik akan mempengaruhi hasil dari sample
yang nantinya akan kita gunakan, oleh
karena itu pemilihan metode sampling harus berdasarkan :
ü Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan
ü Dapat memilih sampel yang representatif
ü Efisien dalam penggunaan sumber daya
ü Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai
sampel