Newest Post
// Posted by :Pika
// On :Selasa, 05 Januari 2016
BAHAN BAKU OBAT
TRADISIONAL
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.179/MENKES/Per/VII/1976 menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai obat
tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari alam, baik
tumbuh-tumbuhan , hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam
usaha pengobatan berdasarkan pengalaman.
Keuntungan obat tradisional :
1. Efek samping obat bahan alam kecil.
2. Dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki
efek saling mendukung.
3. Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek
farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif.
Kelemahan dari obat tradisional :
1. Efek farmakologisnya yang lemah.
2. Bahan baku belum terstandar.
3. Bersifat higroskopis.
4. Belum dilakukan uji klinik.
5. Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
SIMPLISIA
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk
menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum
mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan
RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia
Nabati
Simplisia nabati
adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia
Hewani
Simplisia hewani
adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia
Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican
atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU SIMPLISIA
1. Bahan
baku dan penyimpanan bahan baku
Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa
tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang
tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja
ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar,
tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah
tanaman-tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia.
Simplisia yang belum diolah menjadi barang jadi,
kecuali dinyatakan lain hendaknya disimpan dalam keadaan kering untuk mencegah
timbulnya jamur dan membusuknya simplisia karena penyimpanan. Selain itu dalam
penyimpanannya juga perlu diperhatikan tentang kelembaban, suhu, dan wadah
untuk penyimpanan.
2. Proses
pembuatan simplisia
a. Simplisia
dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia
dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang
tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama akan mengakibatkan
simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu
terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa
aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan simplisia yang memerlukan perajangan
perlu diatur perajangannya sehingga diperoleh tebal irisan yang pada
pengeringannya tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia
dibuat dengan proses fermentasi
Proses fermentasi
dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang
tidak diinginkan.
c.
Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia
dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari air dan
proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia
yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia
pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk, dan
sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus
bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dan
lain-lain.
3. Cara
pengepakan dan penyimpanan simplisia
Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa
hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia
yang utama adalah air dan kelembaban.
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis
simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasan harus
sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun
penyimpanannya.
CARA PENYIMPANAN SIMPLISIA
Tahapan penyiapan simplisia :
1. Pengumpulan bahan baku (panen).
2. Sortasi basah.
3. Pencucian.
4. Perajangan.
5. Pengeringan.
6. Sortasi kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan.
8. Pemeriksaan mutu.
1. Pengumpulan
bahan baku (panen)
Kadar
senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya
dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.
Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa
aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di
dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen
yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.
Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan
stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar
matahari.
2. Sortasi
basah
Sortasi
basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus dibuat.
3. Pencucian
Pencucian
dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada
bahan simplisia. Harus terbebas dari : Pseudomonas,
Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, Escherichia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau
air PAM.
4. Perajangan
Beberapa
jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dengan keadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan perajangan adalah irisan jangan
terlalu tipis, perajangan akan mempengaruhi warna dan bau, berkurangnya zat
aktif yang mudah menguap.
5. Pengeringan
Tujuan
pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air hingga
<10% dan menghentikan reaksi enzimatik sehingga akan dicegah penurunan mutu
atau perusakan simplisia.
Pengeringan
ada dua cara, yaitu :
a. Cara alamiah
-
Sinar
matahari langsung : baik untuk tanaman yang keras (kayu, kulit, kayu, biji),
zat aktif lebih stabil, mudah, murah.
-
Diangin-anginkan
: baik untuk bagian tanaman yang lunak (daun, bunga), zat aktif mudah menguap,
tidak stabil.
b. Cara buatan
-
Alat
dapat mengatur : suhu, kelembaban, tekanan, alira udara.
-
Tidak
ekonomis, untuk simplisia banyak.
-
Mutu
simplisia lebih baik.
-
Waktu
efisien.
6. Sortasi
kering
Sortasi
setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering.
7. Pengepakan
dan penyimpanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan simplisia :
-
Cahaya :
terjadinya peristiwa kimia, terpapar sinar matahari secara langsung, perubahan
warna.
-
Reaksi
kimia intern : terjadinya perubahan kimia.
-
Oksigen :
terjadinya reaksi oksidasi.
-
Dehidrasi
: simplisia akan kehilangan air dan akhirnya akan mengecil (kisut).
-
Higroskopis
: simplisia menyerap air dan akhirnya akan menjadi basah.
-
KAPANG :
merusak jaringan dan susunan kimia zat aktif, bersifat toksin.
-
Serangga
dan hewan pengerat : serangga dianggap sebagai kotoran, terkadang hewan
pengerat akan memakan simplisia dan membuang sisa dan kotorannya diatas
simplisia.
-
Pengotor
: bahan asing, pasir, debu, ekskresi hewan.
Cara penyimpanan di gudang dengan
menggunakan sistem FIFO, karena simplisia tidak dapat disimpan terlamu lama.
Apabila memungkinkan harus segera digunakan.
8. Pemeriksaan
mutu
Pemeriksaan
mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengumpul
atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam
Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika
Indonesia Edisi terakhir.
CARA PENGAMBILAN SIMPLISIA
No.
|
Bagian Tumbuhan
|
Cara Pengambilan
|
1.
|
Kulit
batang
|
Dari
batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu;
untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau golongan senyawa fenol
digunakan alat pengelupas bukan logam.
|
2.
|
Batang
|
Dari
cabang, dipotong-potong dengan panjang tertentu dan dengan diameter cabang
tertentu.
|
3.
|
Kayu
|
Dari
batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas
kulitnya.
|
4.
|
Daun
|
Tua
atau mudah (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu per satu.
|
5.
|
Bunga
|
Kuncup
atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.
|
6.
|
Pucuk
|
Pucuk
berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).
|
7.
|
Akar
|
Dari
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
|
8.
|
Rimpang
|
Dicabut,
dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
|
9.
|
Buah
|
Masak,
hampir masak; dipetik dengan tangan.
|
10.
|
Biji
|
Buah
dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas menggunakan tangan, pisau,
atau menggilas, biji dikupas dan dicuci.
|
11.
|
Kulit
buah
|
Seperti
biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.
|
12.
|
Bulbus
|
Tanaman
dicabut bulbus dipisah dari daun dan akar dengan memotongnya, dicuci.
|