Newest Post
// Posted by :Pika
// On :Minggu, 31 Januari 2016
LARUTAN adalah campuran homogen
dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya
tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan
pelarut.
Berdasarkan daya hantar
listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.
- ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan elektrolit dimana zat yang terlarut terionisasi seluruhnya (ionisasi
sempurna a = 1). Karena banyaknya ion yang dihasilkan, larutan ini dapat
menghantarkan listrik dengan baik. Yang
tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat adalah zat asam yang
terionisasi 100% dalam larutan. Karena itu, larutan ini dapat menghasilkan ion
hidrogen yang banyak untuk dapat menghantarkan listrik dengan baik., seperti :
HCl, HCl03, H2SO4, HNO3.
b. Basa-basa kuat adalah zat basa yang
terpisah 100% menjadi ion logam dan ion hidroksida dalam larutan. Karena itu,
larutan ini juga dapat menghasilkan ion hidroksida yang banyak untuk dapat
menghantarkan listrik dengan baik., yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali
tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2
c. Garam-garam yang mudah larut. Suatu garam
akan terdiosiasi sempurna di dalam air menjadi kation dan anionnya. Oleh karena
itu, larutan garam digolongkan kepada larutan elektrolit kuat, seperti: NaCl,
KI, Al2(SO4)3
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan Elektrolit Lemah adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabkan karena
zat terlarut akan terurai sebagian (O < alpha < 1) menjadi ion-ion
sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH,
HCN, H2CO3, H2S
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH,
Ni(OH)2
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti :
AgCl, CaCrO4, PbI2
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan
hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi
larutan ada beberapa macam, di antaranya :
- Persen (%)
Konsentrasi larutan dengan satuan persen
ada 3 macam, yaitu :
a.
Persen
berat/berat : %
Contoh :
1. 20 gram NaCl dilarutkan dalam 60 gram air.
Berapa % konsentrasi NaCl?
2. Bagaimana cara membuat larutan NaCl 15%
sebanyak 500 gram larutan?
Jawab :
1.
2.
Hitung
berat masing-masing zat :
Cara membuat larutan, yaitu dengan
mencampurkan 75 gram NaCl dan 425 gram H2O
b.
Persen
berat/volume : %
Contoh :
Bagaimana cara membuat larutan NaCl 5%
sebanyak 500ml?
Missal berat NaCl adalah X, maka :
Jadi bobot NaCl yang harus ditambahkan
adalah sebesar 25 gram.
Cara pembuatan larutan masukkan 25 gram
NaCl ke dalam labu takar 500ml, tambahkan H2O hingga tanda batas.
c.
Persen
volume/volume : %
Contoh :
Bagaimana cara membuat larutan gliserol 10%
sebanyak 250 ml ?
Jawab :
Misal volume gliserol adalah X ml, maka :
Jadi gliserol yang digunakan adalah sebesar
25 ml.
Cara membuat gliserol 10%
adalah mengambil gliserol sebanyak 25 ml dan
kemudian dicampurkan dengan H2O ke dalam labu takar hingga tanda
batas.
- Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara
jumlah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat
dalam larutan. Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh :
Hitung fraksi mol 117gr NaCl dan fraksi mol
H2O dalam larutan 3kg H2O (MR NaCl = 38,5)
Jawab :
Fraksi mol NaCl :
Fraksi mol H2O :
- Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh :
1. Hitung kemolaran larutan yang mengandung
36,75 gram H2SO4 dalam 1,5 liter larutan (MR H2SO4=98)
!
2. Hitung Molaritas campuran 3,5 liter NaCl
0,150M dan 5,5 liter NaCl 0,175M !
Jawab :
1.
Jadi konsentrasi larutan adalah 0,25 M
2. 3, 5 liter Nacl 0,150 M = 3,5 x 0,150M =
0,5250 mol NaCl
5,5 liter NaCl 0,175 M = 5,5 x 0,175M =
0,9625 mol NaCl
Jadi larutan 9 liter NaCl mengandung 1,4875
mol NaCl
- Molalitas (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam
1000 gram pelarut.
Contoh :
1. Hitung Molalias larutan yang mengandung 1,6
gram NaCl dan 875 gram H2O (Mr NaCl=58,5) !
2. Suatu larutan mengandung 42,5% (
) H2SO4
dengan massa jenis (ρ) = 1,2875 g/ml. Hitung molaritas dan molalitas larutan
tersebut (Mr H2SO4=98)!
Jawab :
1.
Jadi konsentrasi
larutan adalah 0,0313 m
2. Larutan H2SO4 42,5% (
) = 42,5
g/100ml = 425 g/l
Massa jenis larutan (ρ) =
1,2875 g/ml
Berat
1 liter larutan = 1287,5 gram
Berat
H2SO4 = 425,0 gram –
Berat
pelarut (H2O) = 862,5 gram
Jadi konsentrasi larutan 42,5% (
) H2SO4
adalah 4,377 M atau 5,028 m.
- Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah
mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya
sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya
sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat
hubungan :
N = M x valensi
N = M x valensi
Penentukan
kadar suatu zat dengan cara titrasi dapat menggunakan titran yang sudah
diketahui kadarnya sebelumnya. Yang menjadi masalah adalah kepastian data
mengenai kadar titran harus terjamin. Bila kadar titran tidak tepat maka kadar
zat hasil titrasi tidak akurat. Bila titran terjamin kadarnya maka dengan
teknik yang baik hasil titrasi dari zat akan lebih akurat. Kepastian kadar
titran sangat terkandung dari zat sumber titran tersebut.
Bila
titran tersebut mempunyai karakteristik yang stabil pada penyimpanan dan pada
proses pelarutan maka kadar yang tercantum pada label bahan tersebut akan
sesuai dengan hasil perhitungan. Namun bila zat tersebut tidak stabil maka
kadar zat harus di ukur kembali dengan teknik-teknik tertentu. Sumber pembuatan
zat juga sangat mempengaruhi kepastian kadar suatu zat. Bila zat tersebut
termasuk kategori teknis maka kadar zat tidak terjamin secara praktis untuk
tujuan analitis. Bila zat tersebut diproduksi untuk tujuan analitis maka zat
tersebut termasuk kategori pro analitis (PA) yang sudah tentu harga dan
kualitasnya jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan zat kategori teknis.
Untuk
dapat menentukan kadar larutan dengan metode titrasi diperlukan suatu larutan
lain yang kadarnya telah diketahui. Larutan ini sering disebut sebagai larutan
baku. Larutan baku dibedakan atas larutan baku primer dan larutan baku
sekunder.
a.
Larutan Baku Primer
Larutan
baku primer merupakan larutan yang diperoleh dari zat padat yang mempunyai
karakteristik relatif stabil kadarnya secara analitis bila dibuat dalam bentuk
larutan sehingga dapat dijadikan sebagai patokan atau standar pertama dari
suatu larutan baku.
Ø Syarat-syarat larutan baku primer :
§ Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika
mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
§ Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara;
kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi
oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
§ Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji-
uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
§ Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan
massa ekuivalen yang besar.
§ Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang
dipilih.
§ Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
b.
Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder
adalah larutan yang kadarnya diketahui dengan cara menggunakan larutan baku
primer melalui metode titrasi. Larutan baku sekunder inilah yang sering
digunakan dalam titrasi karena dapat dibuat dalam skala banyak untuk satu kali
penentuan kadar sampel dengan harga relatif murah bila dibandingkan larutan
baku primer.
Ø Syarat-syarat larutan baku sekunder :
§ Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
§ Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan.
§ Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Larutan pereaksi adalah
larutan yang komponen-komponennya tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi
ketika dibuat dan secara sederhana bisa diartikan sebagai zat
yang digunakan dalam reaksi kimia untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa atau
menghasilkan zat-zat lainnya, biasanya
merupakan zat-zat yang dikonsumsi dalam reaksi kimia.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus